Minggu Berkabungmu



    
Minggu ketiga bulan Maret, Hari dimana kamu mulai menghubungiku lagi, menanyakan perihal layanan BPJS. Aku yang waktu itu belum mengerti akan semua keadaan yang kamu alami cuma bisa berusaha membantu sebisaku. Mencoba mengontak kenalanku untuk mencari informasi. Sore itu, kamu mengabari kalau sudah ketemu jalan keluarnya. Ibumu akhirnya bisa dirawat dengan tenang. Setelah beberapa hari kabar ibumu seperti makin memburuk, dengan kepayahanmu kamu berusaha sekuat mungkin merawatnya. Kamu lalu sempat berkata "Aku belum siap kalau ditinggal Ibu".

    Minggu ke-empat bulan Maret, kemudian kamu memblokir kembali semua akses komunikasi. Aku yang tidak merasa ada yang salah kemudian mencoba mencerna dan menerima. Mungkin saja kamu ingin fokus ke pengobatan ibumu, pikirku. Meskipun ada kekhawatiran tapi aku berusaha untuk menghargai itu. Mungkin, kamu perlu untuk sendiri. Kubiarkan semuanya kembali lagi seperti semula, meskipun rasa khawatir masih tertinggal di benakku.
        
    April minggu pertama, aku iseng mengecek email yang akunnya masih terhubung di ponselku. Aku yang terhubung ini bukan bermaksud buruk, hanya saja beberapa kali terkadang masih ada urusan yang ditanyakan kepadaku. Aku mencoba mengecek email keluar untuk melihat absensi dan akhirnya aku tahu, kamu lagi berduka.

    Ketakutanmu yang kamu sampaikan kepadaku pada akhirnya harus terjadi. Ibumu berpulang sebelum Ramadhan tiba. Ibumu yang dulunya kamu impikan untuk membahagiakan beliau, membiarkan beliau pensiun dan menikmati masa tuanya dengan duduk di teras meminum teh dan kue. Pada akhirnya, keinginanmu itu tidak akan lagi bisa terwujud. 

    Rasanya ingin sekali aku menyapamu, menguatkanmu dan berusaha berada di sisimu tapi aku harus menghargai keputusanmu untuk menjalani masa berkabungmu sendiri. Melalui perasaan kehilanganmu hingga semoga suatu saat kamu akan ikhlas.







Sumber gambar: https://www.rosebowlguernsey.com/Sympathy_Flowers_Delivered.html

Komentar

Postingan Populer